Kembali Menulis, Menitip Pesan Untuk Masa Depan

22.30, Satu jam tiga puluh menit, waktu yang tersisa sebelum deadline pengumpulan tugas pertama kelas menulis Paragon ditutup. Tiba-tiba rasanya ingin menyerah saja, dari tadi, dari jam 4 sore tadi sudah meniatkan untuk memulai menulis dan yang terjadi hanya berputar-putar di depan selembar halaman putih kosong pada layar digital, sesaat berselancar ke jendela lain untuk melihat kicauan, atau cerita kehidupan orang lain dalam 20 detiknya. Kenapa mendadak serangan writer’s block ini nyata adanya, susah sekali rasanya kembali memulai untuk menulis. Padahal minggu lalu saat memutuskan untuk ikut kelas menulis, dalam hati ada sedikit kecongkakan, “Ah gampanglah cuma 3 kali tulisan untuk sebuah pencapaian yang tulisan yang dimuat di buku 35 tahun paragon”

Rasa menyerah sudah berbisik halus di telinga dan kasur biru di samping meja ini mulai menjadi cobaan terberat, whatsapp group juga tidak ada tanda-tanda akan adanya tambahan peserta lagi yang berhasil menyelesaikan tugas pertamanya. “Semoga deadlinenya diundur” batinku. Dan benar saja ada peserta lain yang meminta keringanan deadline untuk diundur. Tetapi kakak pembina menolaknya dengan sangat halus, “Karena tiap orang pasti punya kesibukan masing-masing. Tetap setoran aja tulisannya. Tapi di tabel, beri warna kuning. Dia telat.” “Waduw masa iya baru tugas pertama aja udah terhighlight namanya,” gengsi ini mulai terlalu tinggi untuk menyerahkannya pada kasur. Terlebih entah bagaimana ceritanya, namaku dicatat sebagai ketua kelas menulis pada grup kecil C9, sudahlah tentu “beban” sebagai ketua kelas ini semakin menyambuk otak untuk terus berpikir mau menulis apa. Tetapi ternyata tidak semudah itu, sedikit mengingat kembali masa-masa di mana sangat produktif sekali menulis. Bahkan saat di bangku kuliah dulu, diri ini pernah tercatat sebagai kerabat pers mahasiswa dan bahkan salah satu tulisanku pernah dimuat di koran kebanggaan kampus, ganeca pos di salah satu edisinya. Tapi kenapa saat ini begitu sulit untuk menulis kembali. Menit demi menit kembali berlalu dan semakin mendekati pukul 00.00. Tetiba teringat sebuah blog yang dulu pernah kubuat, blog ini. Bahkan aku sudah lupa email dan password untuk masuk kembali ke blog ini, sampai akhirnya kombinasi kata yang biasa aku jadinya password membukakan akses untuk masuk kembali ke sini dan alamat email yang bahkan sudah tidak aktif aku gunakan. Seperti nostalgia kembali beberapa tulisan di blog ini mengingatkan pada beberapa kondisi di masa silam, dibuat dengan sangat beraneka ragam, di berbagai suasana dan untuk berbagi kisah, pemikiran maupun mengabadikan rasa.

Memang benar untuk memulai segala sesuatu, sangat penting bagi kita untuk menemukan “strong why”nya, bukan hanya untuk menulis tetapi juga hal-hal lain di kehidupan sehari-hari kita. Yang menarik dari kelas sesi 1 oleh Mas Rezky adalah ketika saya seperti diingatkan kembali olehnya terkait 3 potensi kebaikan yakni : perbuatan, lisan dan tulisan. Perbuatan dan lisan adalah hal yang sangat mudah sekali dan sangat dekat, sedekat itu bahkan sampai terkadang kita tidak sadar perbuatan dan lisan ini akan membawa kita ke mana, kebaikankah atau sebaliknya? Lalu jika untuk 1 tulisan saja, aku membutuhkan waktu beberapa jam agar dapat selesai dan tidak jarang membutuhkan waktu untuk meriset terlebih dahulu, maka tulisan menjadi harapan untuk dapat menebar kebaikan dengan lebih terstruktur. Salah satu quote yang selalu mengingatkanku akan kebaikan menulis adalah dari Pramudya Ananta Toer : Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah….Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Sebuah pesan yang juga amat dalam, tulisan adalah untuk legacy tulisan juga untuk keabadian, bahkan jauh saat sang penulisnya pun sudah tiada.

Hari ini, kamis 28 September 2020, ditengah kondisi pandemi Covid 19 yang sepertinya masih akan panjang dan belum diketahui akhirnya, blog ini akan menjadi salah satu mediaku untuk meninggalkan jejak. Jika 2020 sudah terlewati dan jika kita masih diberi kesempatan untuk bertahan dan melewati ini semua, maka tulisan ini akan menjadi pengingat untuk diriku di masa depan untuk terus berbagi kebaikan lewat tulisan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proses Rekrutmen PT. Paragon Technology and Innovation

Isolator : Piringan Bergerigi di Jaringan Listrik

Lebih Tahu tentang Transformator: Pengertian, Fungsi, Cara Kerja, Kegunaan