Throwback : Prasetya Alumni Naik Tidar Angkatan 19 SMA TN
Tangerang, 24 Agustus 2016
Pagi -yang biasa aja sebetulnya tetapi tetep bersyukur- di bumi Jatake, tidak ada yang istimewa. Bangun pagi, solat, mandi, berangkat ke office dari mess, sarapan nasi uduk yang itu-itu lagi sejak 9 bulan yang lalu karena msh aja ga bisa masak sendiri, sampai office, buka zimbra, update wunderlist dan...
Dan niatnya ingin melakukan 5R untuk laptop kantor, Tiba-tiba menemukan sebuah file word berjudul "untitled" yang berisi sebuah catatan. Catatan yang sudah lama sekali tidak dibuka, tidak dibaca, dan ternyata membaca catatan ini membuat pikiran saya melayang, tertarik kembali ke fasa kehidupan saya 5 tahun yang lalu. Di penghujung perantauan saya selama 3 tahun untuk menempuh pendidikan tingkat atas di suatu sekolah, di salah satu kota yang indah, yang di apit oleh 5 gunung sebagai pasak Pulau Jawa: Merapi, Merbabu, Sumbing, Menoreh dan Telomoyo.
Rangkaian Prasetya Alumni dan Passiong Out siswa kelas XII SMA Taruna Nusantara, Naik Puncak Tidar. Saat itu seluruh siswa kelas XII yang sudah lulus Ujian Nasional dan Ujian sekolah sebelum melakukan upacara pelepasan dan pengukuhan sebagai alumni, ada beberapa kegiatan yang harus dijalani seperti Naik Puncak Tidar sebagai simbolisasi pamitan kepada Kota Magelang tempat kami belajar, dibina, dan ditempa selama 3 tahun terakhir, penanaman pohon angkatan sebagai simbol bahwa kami sudah menjadi bagian dari sekolah dengan akar yang kuat menancap kedalam dan batang yang akan terus tumbuh berkembang, dan tradisi cium bendera sebagai pengingat bahwa apapun yang akan kami lakukan nanti adalah sebuah perjuangan dan bakti kami kepada bumi pertiwi. Semua rangkaian PA-PO itu begitu emosional bagi saya, 3 tahun bersekolah disini terlalu banyak hal sudah yang saya lalu. Dan momen naik tidar di penghujung cerita saya di Magelang adalah salah satunya.
Bukit Tidar, akhir Mei 2011
Ketika sebuah awal telah dimulai, maka sebuah akhir pun kan menyusul. Sebelum akhir itu kan tiba, tak ada yang salah jika sang dewi waktu ingin memutar kembali detik atas permintaan kami untuk memungut lembaran kisah bersama dalam tawa dan tangis kami.
Rangkaian asa mulai terajut di saat yang sama, 12 Juli 2008. Semua hal yang luar biasa saat Balairung mengundang jiwa kita tuk berikrar Tri Prasetya dan menjadi saksi bersatunya tekad kita, tekad kuat untuk mewujudkan harapan setiap insan di balik langkah ini. Angkatan ke sembilan belas.
Melewati PDK , saat kami ditempa untuk pertama kalinya. Kami merasakan sedihnya jauh dari sahabat, sanak saudara, dan untuk pertama kalinya kami merasakan rindu begitu dalam pada orang tua. Namun ketika itulah kebersamaan yang lain muncul, peluh tak berubah menjadi keluh dan semangat menjadikan kami lebih kuat. Baret biru perlambang tanggung jawab di pundak kami sebagai bagian dari korps ini.
Satu tahun sudah kami menapaki hari hari penuh tempaan, dan kini saatnya kami menjadi taladan bagi adik-adik kami. Menjadi seorang abang kakak yang baik bagi adik-adiknya. Kembali membagi senyum dan luka disetiap hari-hari kami. Sesaat kami semakin mengerti apa arti sebuah korsa positif. Namun hidup tak akan selalu bahagia, ada kalanya kita kan merasa duka. Lalu saat badai itu menerpa kita, tangan kita tak mampu lagi tergenggam erat. Dan, kau terlepas teman. Kini kau pergi menyisakan cerita yang belum tamat. Tindakan memang selalu sejalan dengan tanggung jawab, semakin bebas kami dapat bertindak semakin banyak tanggung jawab yang harus kami emban. Tak mampu kami elakan banyak kesalahan yang tertoreh di catatan perjalanan ini. Dan kendali itu mulai dilimpahkan.
Matahari masih selalu tersenyum. Kepada dunia, kepada alam, dan kepada kita. Memberikan semangat baru untuk menyambut tahun ketiga kita. Tahun terakhir saat kita semakin dewasa. Kita menjadi yang tertua. Dan harus lebih baik dari sebelumnya. Bagian ini akan menjadi moment penting dalam kisah kita. Hingga akhirnya, usaha kita berbuah manis. Terkabulnya banyak doa diantara kita. Membawa kemenangan yang terbaik untuk kita dan sekolah ini. Bersama kita lulus dari Ujian. Dan mungkin inilah yang baik yang bisa kita berikan pada sekolah untuk mengganti rasa duka yang pernah teralami oleh mereka, para pamong dan kita.
Seribu hari lebih terjajaki
Ada banyak senyum tecipta
Diantara riangnya siang
Diantara tawa gejolak pemuda
Di sini....
Tempat berteduhnya patriot muda
Tempat menuang segala cita
Seperti abu putih bajunya
Seperti merah putih semangatnya
Setelah lama merenda hari mengusung mimpi
Berat terasa kita lepaskan
Selamat tinggal cerita indah
Perpisahan bukanlah kehilangan
Hanya batas tipis antara kisah dan kenangan
Selamat jalan pejuang muda
Kobarkan semangat kebenaran di dadamu
Jalan panjang yang masih terbentang
Menanti pijakkan kokoh kakimu
Berlarilah menggapainya, kawan!!
Raihlah
Pagi -yang biasa aja sebetulnya tetapi tetep bersyukur- di bumi Jatake, tidak ada yang istimewa. Bangun pagi, solat, mandi, berangkat ke office dari mess, sarapan nasi uduk yang itu-itu lagi sejak 9 bulan yang lalu karena msh aja ga bisa masak sendiri, sampai office, buka zimbra, update wunderlist dan...
Dan niatnya ingin melakukan 5R untuk laptop kantor, Tiba-tiba menemukan sebuah file word berjudul "untitled" yang berisi sebuah catatan. Catatan yang sudah lama sekali tidak dibuka, tidak dibaca, dan ternyata membaca catatan ini membuat pikiran saya melayang, tertarik kembali ke fasa kehidupan saya 5 tahun yang lalu. Di penghujung perantauan saya selama 3 tahun untuk menempuh pendidikan tingkat atas di suatu sekolah, di salah satu kota yang indah, yang di apit oleh 5 gunung sebagai pasak Pulau Jawa: Merapi, Merbabu, Sumbing, Menoreh dan Telomoyo.
Rangkaian Prasetya Alumni dan Passiong Out siswa kelas XII SMA Taruna Nusantara, Naik Puncak Tidar. Saat itu seluruh siswa kelas XII yang sudah lulus Ujian Nasional dan Ujian sekolah sebelum melakukan upacara pelepasan dan pengukuhan sebagai alumni, ada beberapa kegiatan yang harus dijalani seperti Naik Puncak Tidar sebagai simbolisasi pamitan kepada Kota Magelang tempat kami belajar, dibina, dan ditempa selama 3 tahun terakhir, penanaman pohon angkatan sebagai simbol bahwa kami sudah menjadi bagian dari sekolah dengan akar yang kuat menancap kedalam dan batang yang akan terus tumbuh berkembang, dan tradisi cium bendera sebagai pengingat bahwa apapun yang akan kami lakukan nanti adalah sebuah perjuangan dan bakti kami kepada bumi pertiwi. Semua rangkaian PA-PO itu begitu emosional bagi saya, 3 tahun bersekolah disini terlalu banyak hal sudah yang saya lalu. Dan momen naik tidar di penghujung cerita saya di Magelang adalah salah satunya.
Bukit Tidar, akhir Mei 2011
Ketika sebuah awal telah dimulai, maka sebuah akhir pun kan menyusul. Sebelum akhir itu kan tiba, tak ada yang salah jika sang dewi waktu ingin memutar kembali detik atas permintaan kami untuk memungut lembaran kisah bersama dalam tawa dan tangis kami.
Rangkaian asa mulai terajut di saat yang sama, 12 Juli 2008. Semua hal yang luar biasa saat Balairung mengundang jiwa kita tuk berikrar Tri Prasetya dan menjadi saksi bersatunya tekad kita, tekad kuat untuk mewujudkan harapan setiap insan di balik langkah ini. Angkatan ke sembilan belas.
Melewati PDK , saat kami ditempa untuk pertama kalinya. Kami merasakan sedihnya jauh dari sahabat, sanak saudara, dan untuk pertama kalinya kami merasakan rindu begitu dalam pada orang tua. Namun ketika itulah kebersamaan yang lain muncul, peluh tak berubah menjadi keluh dan semangat menjadikan kami lebih kuat. Baret biru perlambang tanggung jawab di pundak kami sebagai bagian dari korps ini.
Satu tahun sudah kami menapaki hari hari penuh tempaan, dan kini saatnya kami menjadi taladan bagi adik-adik kami. Menjadi seorang abang kakak yang baik bagi adik-adiknya. Kembali membagi senyum dan luka disetiap hari-hari kami. Sesaat kami semakin mengerti apa arti sebuah korsa positif. Namun hidup tak akan selalu bahagia, ada kalanya kita kan merasa duka. Lalu saat badai itu menerpa kita, tangan kita tak mampu lagi tergenggam erat. Dan, kau terlepas teman. Kini kau pergi menyisakan cerita yang belum tamat. Tindakan memang selalu sejalan dengan tanggung jawab, semakin bebas kami dapat bertindak semakin banyak tanggung jawab yang harus kami emban. Tak mampu kami elakan banyak kesalahan yang tertoreh di catatan perjalanan ini. Dan kendali itu mulai dilimpahkan.
Matahari masih selalu tersenyum. Kepada dunia, kepada alam, dan kepada kita. Memberikan semangat baru untuk menyambut tahun ketiga kita. Tahun terakhir saat kita semakin dewasa. Kita menjadi yang tertua. Dan harus lebih baik dari sebelumnya. Bagian ini akan menjadi moment penting dalam kisah kita. Hingga akhirnya, usaha kita berbuah manis. Terkabulnya banyak doa diantara kita. Membawa kemenangan yang terbaik untuk kita dan sekolah ini. Bersama kita lulus dari Ujian. Dan mungkin inilah yang baik yang bisa kita berikan pada sekolah untuk mengganti rasa duka yang pernah teralami oleh mereka, para pamong dan kita.
Seribu hari lebih terjajaki
Ada banyak senyum tecipta
Diantara riangnya siang
Diantara tawa gejolak pemuda
Di sini....
Tempat berteduhnya patriot muda
Tempat menuang segala cita
Seperti abu putih bajunya
Seperti merah putih semangatnya
Setelah lama merenda hari mengusung mimpi
Berat terasa kita lepaskan
Selamat tinggal cerita indah
Perpisahan bukanlah kehilangan
Hanya batas tipis antara kisah dan kenangan
Selamat jalan pejuang muda
Kobarkan semangat kebenaran di dadamu
Jalan panjang yang masih terbentang
Menanti pijakkan kokoh kakimu
Berlarilah menggapainya, kawan!!
Raihlah
Komentar
Posting Komentar