Potret Dunia Pendidikan Indonesia
“Mengapa kebijakan pembaharuan pendidikan di tanah air kita dapat dikatakan senantiasa gagal menjawab problem masyarakat?'
Tidak hanya di bidang ekonomi, Indonesia juga menorehkan catatan gemilangnya diberbagai aspek pentingh lainnya seperti pendidikan. Dunia pendidikan Indonesia mengalami kemajuan yang cukup signifikan 2 dekade terakhir ini. Berbagai prestasi telah ditorehkan putra-putri Indonesia di kancah internasional. Tengok saja TOFI, TOMI, TOKI, dan tim olimpiade pendidikan Indonesia lainnya yang telah mengoleksi puluhan medali emas dari berbagai kejuaraan dunia. Hal ini membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia juga mampu bersaing dengan negara lain dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Puncaknya adalah ketika salah satu siswa Indonesia menjadi juara dunia dalam ajang International Physics Olympiad tahun 2006 lalu di Singapura. Prestasi ini tentu saja mendongkrak popularitas Indonesia di mata dunia dan membuat Indonesia menjadi negara yang disegani oleh negara-negara lain di dunia.
Tetapi apakah semua prestasi gemilang ini merepresentatifkan dunia pendidikan Indonesia pada umumnya? Apakah dunia pendidikan Indonesia di dalam juga sebaik pemberitaan prestasi Indonesia di luar negeri? Kita tidak dapat membohongi diri kita bahwa dunia pendidikan di Indonesia masih memerlukan banyak perbaikan. Setiap tahun masih selalu ada siswa yang tidak memenuhi standar kelulusan ujian nasional. Padahal untuk dapat melanjutan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi adalah dengan memiliki ijazah kelulusan pada pendidikan sebelumnya.
Menurut “United Nations Development Programme Report ” tahun 2005, Indonesia menempati peringkat 85 dari 175 negara untuk tingkat melek huruf. Masih tertinggal dari Thailand (72), Singapura (74), dan Malaysia (82). Indonseia masih harus bekerja keras untuk memperbaiki ranking ini ke depannya, karena untuk dapat menuntut ilmu seseorang harus dapat membaca.
Selama tiga dasawarsa terakhir, dunia pendidikan Indonesia secara kuantitatif telah berkembang sangat cepat. Pada tahun 1965 jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 53.233 dengan jumlah murid dan guru sebesar 11.577.943 dan 274.545 telah meningkat pesat menjadi 150.921 SD dan 25.667.578 murid serta 1.158.004 guru (Pusat Informatika, Balitbang Depdikbud, 1999). Jadi dalam waktu sekitar 30 tahun jumlah SD naik sekitar 300%. Sudah barang tentu perkembangan pendidikan tersebut patut disyukuri. Namun sayangnya, perkembangan pendidikan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan yang sepadan. Akibatnya, muncul berbagai ketimpangan pendidikan di tengah-tengah masyarakat, termasuk yang sangat menonjol adalah ketimpangan antara kualitas output pendidikan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan, ketimpangan kualitas pendidikan antar desa dan kota, antar Jawa dan luar Jawa, antar penduduk kaya dan penduduk miskin.
Di samping itu, di dunia pendidikan juga muncul dua problem yang lain yang tidak dapat dipisah dari problem pendidikan yang telah disebutkan di atas. Pertama, pendidikan cenderung menjadi sarana stratifikasi sosial. Kedua, pendidikan sistem persekolahan hanya mentransfer kepada peserta didik apa yang disebut the dead knowledge, yakni pengetahuan yang terlalu bersifat text-bookish sehingga bagaikan sudah diceraikan baik dari akar sumbernya maupun aplikasinya.
Berbagai upaya pembaharuan pendidikan telah dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi sejauh ini belum menampakkan hasilnya. Mengapa kebijakan pembaharuan pendidikan di tanah air kita dapat dikatakan senantiasa gagal menjawab problem masyarakat? Sesungguhnya kegagalan berbagai bentuk pembaharuan pendidikan di tanah air kita bukan semata-mata terletak pada bentuk pembaharuan pendidikannya sendiri yang bersifat tambal sulam, melainkan lebih mendasar lagi kegagalan tersebut dikarenakan ketergantungan penentu kebijakan pendidikan pada penjelasan paradigma peranan pendidikan dalam perubahan sosial yang sudah usang. Ketergantungan ini menyebabkan adanya harapan-harapan yang tidak realistis dan tidak tepat terhadap efikasi pendidikan. (Teguh)
Komentar
Posting Komentar